Minggu, 15 Desember 2013

Gereja, Gelap, Semut

"Semakin lama makin gelap," suara jam yang berdetik pelan, angin yang berhembus sepoi dan burung yang berkicau. layaknya seorang malaikat yang meninggalkan utusan Tuhan, cahaya sore itu meninggalkan mozaik gereja yang menggelap, perlahan digantikan oleh nyala senyap lilin-lilin di hadapan patung santo Petrus dan Bunda Maria, seorang laki-laki yang duduk diam di bangku paling belakang gereja, kecewa atas kepergian sang malaikat, dan kurang lebih, kecewa atas datangnya kegelapan yang menelan segala keindahan yang ia saksikan.

Tangannya kembali tertangkup, berdoalah ia pada Tuhan-Nya, seorang manusia biasa yang bukanlah orang yang taat, seperti manusia biasa lain, ia merangkak kembali pada salib ketika kesulitan baru datang kepadanya, ia berdoa, berdoa dengan keraguan, berdoa dengan harapan yang disemuti rasa 'bagaimana kalau' dan rasa tidak percaya akan keajaiban-keajaiban yang dikatakan orang-orang taat kepadanya.

"Semakin jenuh, pergilah ia," Sang Pastor yang sudah hapal akan wajah itu, memperhatikannya dari jauh, alkitab serta rosario di tangannya, hanya bisa mendoakan pria itu dari jauh, bukan karena Pastor itu tak peduli, bukan karena dia takut akan peranakan pria itu yang memang menakutkan, ia hanya tahu bahwa sang lelaki itu hanyalah makhluk penyendiri yang hanya bisa berharap suaranya pula didengar oleh Tuhan, disini, di sebuah Dunia bernama gereja yang berpenghuni Pastor, Lelaki tersebut, dan Tuhan, ketika lelaki itu ingin mengobrol empat mata, hanya kepada Tuhan yang memiliki seluruh dunia, Sang Pastor akan menjaganya dari jauh.

Lelaki itu beranjak pergi meninggalkan gereja, usai percakapannya dengan Tuhan, usai ia melantunkan permintaannya, ia menggaruk dadanya, mencoba menyingkirkan semut-semut yang merambat jantungnya. Ia pergi, pergi dan menatap langit, langit gelap, tak ada bintang, bulan bersembunyi, sekali lagi malam gelap sialan, sial, apa salahnya hingga permintaannya tak didengar Tuhan? sialan, sial, sialan, ia tak tahu arah, bukit terlalu gelap, tak ada penerangan, tak ada apa-apa, hanya gelap.

Di balik jendela gereja, Pastor itu hanya bisa mendoakannya.