Rabu, 25 Juni 2014

Valthirian Arc - Welcome to The School!

Jauh dibalik pegunungan Cyandel dimana para elf tinggal
Menembus kegelapan misterius hutan Diata

Dan melintasi lautan luas Alkeian

Tersebutlah sebuah pulau kecil dengan penduduknya yang padat.

Menurut sejarah, pulau tersebut dulunya adalah sebuah kerajaan, namun kerajaan tersebut hilang ketika kerajaan-kerajaan besar membentuk sebuah aliansi baru, secara otomatis, kerajaan kecil tersebut bergabung dengan aliansi. 

Sebuah kastil tak berpenghuni di tengah pulau adalah bukti sejarah yang telah lampau, dikelilingi oleh kota-kota dengan penduduknya yang maju.

Tetapi apakah kastil tersebut hanya akan berdiri sebagai bukti sejarah?

atau adakah jiwa lain yang akan mengisi kekosongan kastil ini?

yang jelas, semuanya berubah ketika orang-orang utusan istana tiba di kastil tua tersebut.

***

Sebuah kereta kuda melaju di tengah jalan setapak yang menanjak, jalan berbatu yang sepi dilalui orang. Penduduk sekitar sini memang terkenal dengan rumor mereka, terutama tentang kastil itu.
Dulunya, kastil itu milik keluarga kerajaan bernama Fleur der Umnaid, penguasa lokal tiga ratus tahun lalu, jauh sebelum Aliansi dibentuk oleh kerajaan Gabrielle, Michaela, dan Rafaela.
Mereka percaya bahwa keluarga kerajaan Fleur der Umnaid bergabung dengan Aliansi karena suatu ancaman. Sang kepala keluarga, si Raja, menyatakan bahwa walau dia jatuh pada kekuasaan Aliansi, tetapi kelak dia akan membangun sebuah kerajaan yang lebih besar, yang lebih kuat, sehingga dia akan menguasai negara-negara aliansi sendiri.
Kemudian, setelah mengatakan hal tersebut keluarga Fleur de Umnaid dibantai pada malam itu juga.

"Ini dia, sir, ma'm, kastil der Umnaid, maaf aku hanya bisa mengantar kalian sampai sini, penduduk sekitar sangat percaya mitos, dan bila mereka tahu aku mendekati kastil tersebut, bisa-bisa aku dijauhi mereka."

Seorang lelaki keluar dari dalam kereta kuda. Lelaki itu tak tampan, tetapi badannya besar, tatapan matanya tajam, dan ia kelihatan galak.
Ia memandang sebuah bangunan di hadapannya, tembok raksasa yang mengitari sebuah bangunan kastil di dalamnya.
"Tidak ada yang mengatakan kalau bangunan ini punya benteng," seru lelaki tersebut.
"Benteng ini dibangun pada pertahanan terhadap Aliansi," seru seorang perempuan, dia kelihatan tidak lebih tua dari lelaki tadi, parasnya cantik, tetapi matanya selalu menatap serius dengan kacamatanya.
Satu orang lagi keluar, kali ini seorang pemuda berumur 20 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di sekolah militer, mereka semua mengenakan jubah hijau bersih berlambang kerajaan yang menutupi seluruh pakaian serta tubuh mereka.

Mereka menghabiskan waktu mengelilingi kastil tersebut, memang benar, kastil itupun sudah hampir hancur dengan tembok yang runtuh, ruangan yang rusak, pohon yang layu, serta masalah-masalah lainnya.

seusai berkeliling, mereka kembali ke ruang tengah kastil untuk saling berdiskusi.

"Bagaimana, Kepala Sekolah?" perempuan itu bertanya pada lelaki berbadan besar.
"Jangan panggil aku Kepala Sekolah, Jeanne, aku belum menjadi Kepala Sekolah sungguhan,"
"Tinggal masalah waktu," jawab Jeanne, "Bagaimana menurutmu, Laurent?"
"Menurutku semua masalah ini bisa diselesaikan dengan bantuan Kayla dan sihir milik Eve."
"Kau benar," tukas Jeanne,
"Jadi bagaimana, Kepala Sekolah?"
Lelaki yang terus menerus dipanggil kepala sekolah menatap tajam pada mereka berdua, kemudian, dia melengos,
"Panggil Kayla dan Eve secepatnya, sekolah ini harus segera siap dalam waktu 3 bulan untuk angkatan pertama kita."
Jeanne mengangguk, ia pergi keluar dan mengeluarkan secarik surat.
dengan tangannya, Jeanne membentuk kertas tersebut menjadi origami burung, ia menaruh burung origami tersebut di telapak tangannya, melantunkan mantra sihir, dan burung kertas tersebut terbang ke angkasa.

***

3 bulan kemudian...


"Wah..." Gadis itu terpana ketika ia pertama kali keluar dari kereta kuda tersebut, dihadapan kami, berdiri sebuah gerbang dengan kastil sekolahnya yang cerah dan elegan, persis seperti akademi sihir yang selalu kami baca di buku cerita saat kami kecil.

"Tom lihat! lihat!" gadis di hadapanku menunjuk-nunjuk gedung kastil tersebut,

Tifial de Union

Akademi sihir yang baru saja berdiri oleh perintah raja Michael 3 bulan lalu.
"Kerajaan Michaella terkenal dengan para mage dan pendidikannya yang paling maju, tidak heran mereka butuh banyak sekolah sihir untuk menampung siswa, yah, tidak hanya para penyihir yang bersekolah di sekolah sihir, Ksatria dan Prajurit juga ditempa di tempat yang sama."

"Dengan kata lain, ini sekolah untuk para pahlawan bukan?"

Sebuah suara mengagetkanku.
Seorang lelaki berambut putih dengan pedang bersandin di punggungnya berdiri di hadapanku.

"Maaf mengganggu kata-katamu, tapi kau menghalangi jalan," kata lelaki tersebut.
"Oh, maaf." aku segera menyingkir dan mempersilahkan dia lewat.
"Cukup aneh bukan? untuk sekolah yang baru dibuka, hanya ada sedikit murid yang datang?"
lelaki tersebut menggotong sebuah kotak besar dengan tas kulitnya yang ia bawa di kanan-kiri bahunya yang berotot.

Aku menoleh ke belakang, memperhatikan murid-murid yang berada satu angkatan denganku.
Teman masa kecilku, Anete Axylia
Lelaki berotot dengan cita-citanya sebagai ksatria, Bixon Lorelei
Dan seorang gadis alchemist pendiam berambut kuning emas, Aya Grimoire.

"Aku kira hal ini cukup normal karena ini satu-satunya sekolah yang tersisa untuk kita, karena dari 100 akademi sihir wilayah barat, hanya sekolah ini yang tersisa untuk menampung kita."
Bixon menggotong kotaknya yang terakhir, dan menumpuknya di sisi jalan.
"Oke, ini barangku yang terakhir," katanya. "Hei Aya! ayo keluar! kau menghabiskan saat-saat yang menggembirakan."

Seorang gadis cilik berambut pirang bak emas keluar dari kereta kuda.
"Kak, bisakah kita tidak membicarakan ini lagi?" seru gadis itu sembari keluar dengan enggan.
"Kau sudah berjanji padaku kalau kau masuk sekolah sihir, berarti kau harus aktif untuk keluar, sekarang ayo ambil barang-barangmu!"

Seorang perempuan berambut merah datang dengan tumpukan kertas di tangannya, diikuti dengan itu, datang pula seorang perempuan penempa besi, gadis cantik dengan pakaian suster, dan seorang pemuda dengan armor Scout.

"Selamat datang di Tifial de Union, sekolah bagi para pahlawan dan para cendikiawan, kami dengan hormat menyambut kalian, angkatan pertama sekolah ini, semoga dengan kerja sama kalian, kita bisa menjadi suatu kesatuan yang hebat!"

 Kami terdiam saat mereka menyambut kami, entah apa yang akan terjadi pada hidupku setelah masuk sekolah ini, aku ingin cepat melihat apa yang akan terjadi esok hari.