Minggu, 26 Oktober 2014

Mengapa Harga Diri Ada?

Bujang kecil menarik-narik jubahku
Ada air mengembun di kelopak matanya
Ia merengek, anak tetangga melempar batu lagi padanya
Bajunya robek, habis berkelahi katanya
Hidungnya berdarah, patah sudah tulangnya
Katanya harga dirinya diinjak-injak, dan dibuang ke kali pojok rumah.

Ah, anakku,
Tidakkah engkau tahu bapak juga sudah tidak punya,
Harga diri bapak hilang kemana?
Tertinggal di stasiun kota, atau hanyut diterjang ombak?
Manusia itu, kalau harga diri hilang, semua jadi tak berguna ya?

Selasa, 21 Oktober 2014

Aku dan Mereka

Aku tertidur, kemudian terbangun lagi. 

Melihat benang pancing yang seakan tidak akan pernah memancing seekor ikanpun.

Termanggut, kemudian aku menutup mata lagi, mencoba untuk tertidur, barang satu menit.

Dalam hati aku merenung sendiri, aku bergumam sendiri, Mungkinkah mimpiku laksana kail pancing ini? tidak ubahnya aku memancing, menunggu ikan memakan umpanku, setengah jam lamanya menunggu, namun tidak bisa kudapat juga ikan itu?

Bergumam aku pada diriku sendiri, aku mencoba untuk mengingat masa lalu, ah... masa mudaku sudah lama terlewat, kenangan-kenangan dan canda tawa konyol itu sudah jauh dibelakang, tertutup oleh debu-debu perkembangan jaman, pemikiran rumit, omelan, cercaan, dan Dokumen.

Dokumen, dokumen, ah, betapa bencinya aku mendengar kata itu.

Melirik ke belakang, aku merasa makin kehilangan dunia yang awalnya kubayangkan indah, dunia yang sepertinya akan jadi gemerlap dan penuh warna, aku menghela napas panjang ketika aku sdari bahwa aku menapaki jejak oleh orang-orang telah tentukan kepadaku.

Aku menghela napas sekali lagi, napas panjang, melelahkan, penuh rasa pasrah, dan juga kelelahan.

Tanpa sadar, aku menemukan seorang gadis duduk di sebelahku, ah, ya, dia adalah buah cintaku dengan wanita yang kucintai, sekitar 9 tahun lalu mungkin, kami mengikat janji suci dihadapan Pastur.

Seperti halnya Ayah yang lain, aku cinta pada putriku, cinta yang tulus telah kucurahkan dengan bekerja keras, seharian  bergelut dengan kerasnya hidup hanya untuk mereka.

Sedetik kemudian, aku sadar, aku berjuang untuk mereka, untuk istriku, juga untuk anakku yang amat kucintai.

Aku tidak boleh berhenti memancing, selama ada mereka yang mendukungku dari belakang, aku tidak peduli berapa lama aku harus menunggu, aku akan meraih mimpiku untuk mereka.