Apabila kau merasa bosan
Coba pergi ke hutan belakang sekolah
Masuklah dari arah mana saja
Jalanlah lurus, tidak boleh berbelok
Kemudian, mulai dari langkah memasuki hutan, hitung hingga langkah ke seratus lima puluh
Ketika sudah langkah ke seratus lima puluh, teriakan jalur jurusan suatu kereta
Teriakan dengan lantang dan keras, selama tiga kali
Setelah itu, kau akan melihat sebuah gerbong kereta di tengah hutan. Kereta tanpa rel, kereta tanpa stasiun.
Itu adalah penggalan puisi yang amat terkenal di kampung halamanku, Mitos tentang kereta berhantu, atau kereta misterius yang hanya muncul bila dilakukan semacam ritual.
Ada banyak versi cerita yang kadang melengkapinya, terkadang, seseorang temanku bercerita bahwa kereta tersebut akan membawamu ke alam lain, atau versi bahwa kereta tersebut dihuni oleh monster kelaparan yang akan melahapmu begitu ia melihat.
Nyatanya, cerita ini tidak hanya terkenal di kalangan anak-anak, orang-orang dewasa pun ternyata sudah mengenal cerita tersebut sejak mereka kecil
Seperti layaknya, sebuah warisan budaya, tidak ada orang lama di pulau ini yang tidak mengenal kisah tersebut, Kereta Misterius di Tengah Hutan.
Aku, adalah seorang anak yang ingin tahu.
Meskipun pendiam, mataku suka melirik ke segala arah
Menerka-nerka asal-usul suatu barang.
Sebagai anak yang juga tumbuh dalam lingkungan pulau tersebut, aku sudah kenyang dengan puisi yang terus diceritakan orang-orang.
Beberapa mengatakannya hantu kereta peninggalan penjajah, beberapa lagi mengatakan penampakan roh halus.
Hari demi hari, aku semakin penasaran.
Hingga akhirnya tiba suatu hari... Hari yang buruk, sebenarnya.
Umurku 13 tahun, dan aku dimarahi ayahku oleh suatu alasan.
Ia mengataiku pelamun yang tidak pernah bergerak, kerjanya hanya diam di depan halaman, anak yang tidak berguna.
Itu kata-kata yang cukup sakit bagiku.
Hari itu, matahari tanpa ampun bercahaya.
Sinarnya menusuk-nusuk kulit tanpa ampun.
Aku yang marah terhadap ayahku minggat
Pergi ke hutan yang diceritakan.
Aneh juga...
Langit bersinar bak lampu neon dihadapkan pada kaca pembesar
Tapi kenapa hutan itu sangat rindang?
Seakan hutan itu hidup, seakan hutan itu bernafas. Sebuah hembusan nafas yang sejuk dan dipenuhi bau daun...
150 langkah....
Teriakan dengan lantang...
...
...
...
Sekilas, suara itu tredengar samar,
Kemudian terdengar lagi, dan lagi
hingga kemudian...
JESS... JESS... JESS...
Sebuah suara akrab yang kudengar dari sebuah kereta, suara rodanya yang berdecit ketika mengarungi rel, suara aneh yang terdengar seperti uap yang keluar dari pembuangan.
Dan tiba-tiba di hadapanku, Kereta itu berhenti.
Senin, 29 Februari 2016
Minggu, 28 Februari 2016
Tumbuh
Hidup menjadi lucu ketika kau mulai tumbuh dewasa
Ketika aku melihat masa lalu, aku bisa melihat sesosok anak penurut
Yakin bahwa semua yang kudengar adalah absolut
Yakin bahwa orang-orang yang tidak sependapat denganku akan menderita di neraka
Sementara aku akan pergi ke surga
Sedikit demi sedikit, anak kecil itupun mulai tumbuh
Dunia mengajarinya dengan cara yang menyakitkan
Dicerca, disingkirkan
Dianiaya dan dihina
Namun terkadang, dia masih merasakan kehangatan
Maupun rasa kebersamaan yang menyenangkan
Kini hidup telah membentukku
Aku melihat bagaimana dunia itu relatif
Tiada hitam dan putih
Manusia hidup dalam keabu-abuan
Selamat tinggal bocah naif
Halo pemuda yang kritis
Itu yang ingin kukatakan pada diriku saat ini.
Ketika aku melihat masa lalu, aku bisa melihat sesosok anak penurut
Yakin bahwa semua yang kudengar adalah absolut
Yakin bahwa orang-orang yang tidak sependapat denganku akan menderita di neraka
Sementara aku akan pergi ke surga
Sedikit demi sedikit, anak kecil itupun mulai tumbuh
Dunia mengajarinya dengan cara yang menyakitkan
Dicerca, disingkirkan
Dianiaya dan dihina
Namun terkadang, dia masih merasakan kehangatan
Maupun rasa kebersamaan yang menyenangkan
Kini hidup telah membentukku
Aku melihat bagaimana dunia itu relatif
Tiada hitam dan putih
Manusia hidup dalam keabu-abuan
Selamat tinggal bocah naif
Halo pemuda yang kritis
Itu yang ingin kukatakan pada diriku saat ini.
Senin, 22 Februari 2016
Penyesalan
Aku menjalani hidupku, berjalan mengarungi waktu, belajar makna hidup, tetapi apakah yang kupelajari?
Apakah karena semua relatif, sehingga hal-hal datang dan pergi?
Ataukah kesalahanku sehingga situasi terganti?
Halo, Pujangga di hati
Masihkah engkau berkeluh diri?
***
Seutas tali tipis, diikat dengan tali tambang, dan kemudian diikat ke rantai.
Itulah yang aku lihat saat ini. Hidupku ini.
Terkadang aku penasaran, dimana diriku 5 tahun lalu?
Sesosok anak polos yang tidak memikirkan dunia, tidak memikirkan lingkungan
Kemana temanku yang erat persahabatannya itu?
Kemana aku?
***
Aku tidak menyalahkan diriku 3 tahun lalu
Diriku yang dipisahkan dari dunia imaji
Rasanya sakit bagaikan dipisahkan dari seorang kekasih
3 tahun itu, adalah hidup yang berat
Aku tahu orang-orang itu memandangku sebelah mata
Akan tetapi yang paling sakit
Mengapa sang Pujangga tak bergema lagi?
***
Kini masa-masa itu telah selesai
Kini datang tahun-tahun baru
Apa yang akan terjadi di masa depan?
Aku tidak tahu.
Aku takut.
***
Oh, masa lalu.
Entah itu 5 tahun
Entah itu 3 tahun yang lalu...
Mengapa aku merindukanmu?
Inikah yang namanya penyesalan?
***
Oh, Pujangga hati,
Bergemalah sekali lagi
Kurindukan melodimu
Yang menggugah hatiku dulu sekali
***
Bisikan padaku,
Apabila ini penyesalan.
Tunjukan padaku
DImanakah jalan keluar.
Apakah karena semua relatif, sehingga hal-hal datang dan pergi?
Ataukah kesalahanku sehingga situasi terganti?
Halo, Pujangga di hati
Masihkah engkau berkeluh diri?
***
Seutas tali tipis, diikat dengan tali tambang, dan kemudian diikat ke rantai.
Itulah yang aku lihat saat ini. Hidupku ini.
Terkadang aku penasaran, dimana diriku 5 tahun lalu?
Sesosok anak polos yang tidak memikirkan dunia, tidak memikirkan lingkungan
Kemana temanku yang erat persahabatannya itu?
Kemana aku?
***
Aku tidak menyalahkan diriku 3 tahun lalu
Diriku yang dipisahkan dari dunia imaji
Rasanya sakit bagaikan dipisahkan dari seorang kekasih
3 tahun itu, adalah hidup yang berat
Aku tahu orang-orang itu memandangku sebelah mata
Akan tetapi yang paling sakit
Mengapa sang Pujangga tak bergema lagi?
***
Kini masa-masa itu telah selesai
Kini datang tahun-tahun baru
Apa yang akan terjadi di masa depan?
Aku tidak tahu.
Aku takut.
***
Oh, masa lalu.
Entah itu 5 tahun
Entah itu 3 tahun yang lalu...
Mengapa aku merindukanmu?
Inikah yang namanya penyesalan?
***
Oh, Pujangga hati,
Bergemalah sekali lagi
Kurindukan melodimu
Yang menggugah hatiku dulu sekali
***
Bisikan padaku,
Apabila ini penyesalan.
Tunjukan padaku
DImanakah jalan keluar.
Langganan:
Postingan (Atom)