Sabtu, 31 Agustus 2013
Two Princess
Prologue, and Story of a Sibling
Kamis, 15 Agustus 2013
A World Lead By The King And His Beloved Wife
Bila selalu ada akhir?
Apa arti kelahiran?
Bila kematian terus membayangimu bagaikan surat ancaman pembunuh bayaran?
Mengapa sebuah peradaban ada?
Bila akhirnya mereka hancur karena ulah mereka sendiri?
Namaku Mark. Android terakhir di Planet abu-abu bernama Bumi.
Aku adalah Raja dunia ini, aku adalah Raja dunia kering kerontang yang seakan tidak lagi memiliki harapan.
Tetapi, dibalik rongsokan besi yang selama ini kulalui, ku temukan kecambah kehidupan baru, setitik harapan kecil dibalik debu keputus-asaan.
Alicia, gadis ku.. Alicia yang selalu bersamaku, Alicia yang selalu memanggil namaku tanpa mengucapkan sepatah katapun, Alicia yang kucintai, Alicia, Ratu-ku.
***
Namaku Mark
Seiring lift menara yang menutup, kami sampai ke atas permukaan lantai 1 menara tersebut.
lampu-lampu neon berwarna biru bersinar sepanjang lorong pendek yang berujung pada sebuah pintu metal.
Ukuran tubuh kami yang lebih tinggi dari pada lorong membuat kami harus membungkuk sepanjang jalan sampai ke pintu itu. Sebuah roda metal dipasang disana, berperan sebagai pengunci. Aku memutar roda itu, seketika muncul suara keras, dan pintu itu terbuka dengan mudah.
"Kita sampai, ini Inti dari menara ini..."
Menara ini terdiri dari lantai-lantai yang tinggi menjulang hingga ke puncak, setiap lantai dibuat melengkung dengan balkon yang menghadap langsung ke lantai pertama, seakan isi dari menara ini adalah Colloseum modern. Masing-masing lantai memiliki barisan-barisan loker berisi DNA manusia yang tabungnya bersinar dalam gelap.
Penerangan disini tidak berbeda dari penerangan lorong sebelumnya, remang-remang, hanya bersinarkan zat kimia bercahaya dalam gelap. Hanya satu cahaya terang datang dari puncak menara, menyinari sebuah spot di lantai 1 bagaikan spotlight.
Cahaya itu menyinari sebuah... Aku tidak tahu... benda itu seperti sebuah ranjang rumah sakit, tetapi di saat yang bersamaan memiliki tabung yang siap menutup, serta benda itu dipasang pula dengan peralatan-peralatan ber teknologi tinggi lainnya.
***
Namaku Mark,
Logikaku mengatakan bahwa aku adalah android...
Tapi tidak...
Aku adalah manusia.
"Kau adalah manusia kami, Mark"
suara professor bergema dalam telingaku...
Suara Orang tuaku.
"Selamatkan dunia ini, Mark."
***
"Mark? Mark?"
Alicia membangunkanku dari lamunanku,
"Maafkan saya, Nona, hanya sedikit melamun."
Alicia tersenyum.
Sejak kapan senyuman seorang manusia dapat mempesona seperti ini?
Tidak, mengapa aku bisa berpikir seperti itu?
Aku Android yang berbeda dari manusia, aku tidak memiliki hati... aku....
Aku...
Tidak bisa merasakannya.... Jadi mengapa...?
"Marky,"
Alicia mengecup pipiku.
Terkejut, aku mundur beberapa langkah.
"Kau bukanlah Android biasa... Marky..."
Belum terkejut akan kecupannya, aku lebih terkejut lagi akan apa yang ia lakukan,
Ia membuka pita gaunnya, sedikit-demi sedikit, ia menurunkan lengan bajunya, sampai akhirnya gaun itu lepas secara keseluruhan.
Tubuh telanjangnya bukanlah sebuah jalinan kulit dan daging, melainkan sebuah soft metal yang telah koyak, mempertunjukan core bercahaya pada bagian yang seharusnya ditutupi oleh dadanya.
"Nona... anda..."
"Aku bukanlah manusia seluruhnya, begitu pula engkau Mark, engkau bukanlah Android seluruhnya."
Alicia berjalan mendekatiku, tangannya membelai pipiku.
"Bagaimana seorang Android bisa sehangat ini?"
Aku membalas belaiannya.
Tangannya... dingin bagai es...
***
Namaku Mark...
Dan aku Manusia.
Seorang anak manusia, akhirnya menjadi Raja,
Ratu ku, Ratu yang ikut berkuasa denganku,
Ialah Hatiku, Ialah belahan nyawaku.
Kami bercinta dan menguasai dunia.
Backstory
Manusia sudah tidak memiliki harapan lagi. Bagaimanapun juga, sedikit dari mereka membuat sebuah harapan terakhir. Sebuah Apocaypse Tower. Perpustakaan raksasa yang menyimpan DNA serta intisari hidup manusia dan beberapa makhluk hidup lain, agar keberadaan mereka tidak hilang
Bagaimanapun juga, intisari kehidupan tersebut tidak akan melahirkan sebuah kehidupan tanpa perantaraan 'Kehidupan' itu sendiri.
Mereka butuh nafas
Mereka butuh kehidupan
Mereka butuh orang tua
Mereka butuh Adam dan Hawa.
Senin, 12 Agustus 2013
Janji Gadis Kecil Terpenuhi
Siapa sangka ia baru menampakan diri sekarang?
Kala itu, siang hari yang panas ketika Anak itu memesan menu makan siangnya. Ia berpesan ke pelayannya, agar makanan pesanannya dibawakan ke meja makan di luar ruangan.
Cahaya matahari menembusi dedaunan dan pohon, angin sepoi-sepoi berhembus makin menyamankan dirinya.
Seiring lagu Wonderful World yang digumamkan Anak itu, muncullah Gadis Kecil yang ditunggunya.
Ia terkejut.
Gadis Kecil kini sudah bukan Gadis Kecil lagi, kini ia telah menjadi gadis remaja yang manis.
Ia nyengir lebar melihat sang Anak Lelaki itu yang masih terkejut.
Perlahan, Anak Lelaki itu ikut tersenyum
"Kau mengaggetkanku."
Mereka tertawa bersama.
***
Gadis Kecil, Gadis Kecil
Mengapa engkau menangis?
Dibawah matahari musim panas
Apakah yang membuatmu bersedih?
Oh, ia tidak tahu tentang dunia
Rahasia yang tersembunyi pada setiap beluknya
Angin musim panas hangat berhembus
Terbangkan semua mimpi indahmu
Gadis Kecil, Gadis Kecil
Janganlah engkau bersedih
Lihatlah ke langit, lihatlah lukisan awan
Bila engkau dapat melihat
Pelangi sehabis hujan,
Bentangkanlah sayapmu. Gadis Kecil
Apabila engkau akan menghias angkasa
Senja akan indah sore ini
Aku akan menunggumu hingga kau terbang.
Gadis Kecil, Gadis Kecil
Kini senyummu manis
Lihatlah Sayap Pelangi
Kini bertumbuh menjadi sayap Langit
Apa yang ia tahu tentang dunia?
Kini ia menemukan jawabannya
Rahasia yang tersembunyi
Bisa kau atasi dengan hati.
Oh, ia mengajarkanku
Bahwa kebahagiaan tidak untuk dinanti
Ia mengajarkanku
Kebahagiaan dapat kuciptakan
Lewat torehan pena
Kulihat ke langit, kulihat lukisan awan
Telah kulihat
Pelangi sehabis hujan,
Gadis Kecil membentangkan sayapnya,
Siang ini cerah dan tenang
Oh, lihatlah sang Gadis Kecil
Ia tidak sabar meraih mimpi.
"..."
"Ah, aku mengerti, engkau kini bahagia kan?
lihatlah sayapmu, kelihatannya engkau tidak sabar meraih mimpimu,"
"..."
"Aku akan menunggumu lagi, mau tahun depan, atau tahun depan berikutnya,"
"..."
"Ya benar, pada akhirnya engkau selalu ada disampingku..."
Sayap Kosmisnya melebar. Andromeda, Bimasakti, Magellan menghiasi sayap itu.
Sayap yang lebih elegan, perkembangan dari sayap pelangi tahun lalu.
Dan dengan satu kepakan penuh percaya diri
Ia terbang kembali ke rumahnya di angkasa.
Skygazer
Salah satu kegiatan sederhana yang menurut saya sangat menarik hati, caranya sangat mudah, ketika malam datang, dongakan kepalamu, carilah rasi bintang favoritmu dan berceritalah kisah tentang hidupmu.
Tetapi, berhubung saya tinggal di wilayah perkotaan yang sumpek, apalagi wilayah industri, Stargazing tidak terlalu jelas terlihat, dan hanya menampilkan siluet-siluet dari sedikit bintang yang masih terang benderang di langit.
Sementara siang hari, saya sebut sebagai Skygazing-melihat langit
Tidak kalah jauh dari Stargazing, asalkan kau bisa mendapatkan posisi awan yang indah dan menikmati rahasia cahaya matahari yang menyengat, dan paling susah, beradu dengan keringat.
Tidak ada perasaan lega selain membayangkan tumbuhnya sayap di kedua punggungmu, kemudian, kau meluncur ke atas, menyelubungi dirimu dengan awan, dan terus terbang ke arah matahari.
Tidak ada imajinasi yang lebih luas selain menjadi bagian dari salah satu rasi bintang disana,
Ketika kenyataan menyepakku di pinggir jalan,
dan membentakku karena melamun dan melakukan hal-hal sia-sia,
Langit hanya satu-satunya temanku dimana aku bisa menceritakan imajinasiku.
Minggu, 11 Agustus 2013
Croissant in The Morning
Senin, 12 Agustus 2013
Agaknya saya salah melihat tanggal kembalinya saya bersekolah. Waktu yang tertera di kertas adalah tanggal 13, sementara saya sudah ada di asrama tanggal 11.
Orang-orang ya pasti nyebut saya pekok
Alhasil, 2 hari ini saya menjadi raja asrama, makan- makan sendiri, tidur-tidur sendiri, begadang juga cuma sendiri.
Pagi ini saya hanya sarapan semangkuk mie cup dan sekotak susu, anggap aja sedikit penghematan karena ga ada restoran lain yang buka.
Hari inipun, karena tak ada kerjaan saya berniat mengunjungi Giant dekat sekolah, jalan kaki 15 menit sudah sampai, dan semoga tempat itu sudah buka karena saya malas berjalan balik ke asrama.
Kemudian, setelah satu malam diamuk BBM sama ibunda, saya menikmati malam kesendirian saya sebagai raja asrama.
Ini bukan hal yang asing atau aneh bagi saya, ya, wong saya emang udah pendiam dari sananya, situasi ini sama saja, hanya volume suara berkurang drastis.
Eniwei kalo saya ga berburuakan siang, 3 jam lagi saya bakal makan pake mi cup lagi dan itu ga enak.
See ya, readers
Jumat, 09 Agustus 2013
Blood On a Vessel
ketahuilah diri ini.
Jiwa, aku adalah dirimu,
Kesadaran, akulah dia,
Akal Sehat, aku dituntunnya,
Kemauan, aku digerakannya
Kesadaran, aku dimengertinya
Imajinasi, aku diimpikannya
Tangis, aku dikasihaninya
Tawa, aku dibahagiakannya
Jantungku Matahari
Lambungku Bumi
Mataku Phobos dan Deimos
Kepalaku Jupiter
Hatiku Bulan
Aku berjalan
Zeus memberiku arah
Tubuhku bergerak
Bahagia ini rasanya
Darah di nadi,
Mengalir di dalam.
Mengalir, Mengalir
Seperti pipa, mengalir
Aku, aku, aku
Dialiri, Dialiri
Kemudian pematik api itu
Mendidihkan darahku laksana magma yang meletus.
Anak Yang Terbuat Dari Angin
Awan bagaikan kawanmu
Menyeka keringat
Angin Menghembusmu,
Anak Yang Terbuat Dari Angin
Kemana tujuanmu saat ini?
Liar seperti sungai
Kau taklukan Angkasa Raya
Engkaukah Elang?
Titisan Garudayana?
Anak Yang Terbuat Dari Langit
Anak Langit
Ingatlah tujuanmu pergi
Niscaya restu alam diberi
Selasa, 06 Agustus 2013
Home
Tak akan, dan tidak akan pernah bisa,
sebagus apapun hardware dan processor yang mereka masukan,
robot tidak bisa bermimpi.
Sehingga, aku anggap kejadian kemarin malam itu hanyalah aliran pendek antar sirkuit jaringanku yang menyebabkan Motherboard memberiku informasi salah pada hubungan 'perintah' dan 'ingatan'
Secara mengejutkan, aku teringat pada diriku saat latihan, 10 tahun lalu di hutan hujan terakhir dunia, Amazon, Amerika.
Aku dan Profesor.
Ia adalah penciptaku, guruku, serta orangtuaku.
"Kau adalah Manusia, Mark."
"Kau adalah Manusia...."
kata-kata yang sama, berputar-putar didalam kepalaku, Profesor juga, berputar-putar bagaikan kain seprai yang tetiup angin. Kata-kata dan Profesor, langit yang berubah menjadi polkadot dan secara berkala berganti motif layaknya wallpaper tembok, daratan yang kuinjak, perlahan berubah menjadi Lego dan membentuk sebuah gedung menara.
Menara yang kukenal bentuknya adalah Pilar Tuhan, dibangun di alaska, menara itu merupakan brankas penyimpanan sejarah dunia.
Lukisan monalisa dan karya-karya Leonardo da Vinci,
Sakrofagus mumi Mesir,
Deklarasi kemerdekaan U.S.
Bahkan, DNA manusia terakhir...
"Marky! Marky!"
"Ada apa, nona?"
Alicia memandangku dengan khawatir, ah, apa ekspresiku seburuk itu?
Aku melakukan quick scan pada tubuhku, tidak ada kesalahan serius, kelihatannya aku hanya terlalu capek.
Setelah memastikan kondisiku sudah segar, aku bangkit.
"Kemana kita akan pergi?" tanya nona penasaran.
"Alaska," Jawabku, "Mari kita mengunjungi rumah kita yang baru."
selama bertahun-tahun, kujalani dunia tanpa tujuan, selama bertahun-tahun, aku pelajari manusia dari sisa peradaban mereka, bertahun-tahun kemudian, aku bertemu dengan manusia terakhir, nona Alicia, dan bertahun-tahun kemudian, kami baru menemukan tujuan kami sekarang.
Pada hari ulang tahun nona Alicia yang ke 35, kami sampai di tempat ini.
Alaska bukan lagi sebuah daratan besalju yang dulu kalian kenal, kini tempat itu merupakan sebuah Dunia air. dimana pulau-pulau karang yang bertahan dikelilingi oleh lautan.
di salah satu pulau raksasa itu, sebuah menara berdiri dengan tegak.
Sulit di percaya bahwa menara yang lebih tinggi daripada menara Dubai itu dibangun diatas karang.
"Kita sampai, nona,"
"Tinggi sekali ya,"
Menara ini tidak dipagar atau ditembok, 3 rangka kaki yang menyangganya mengingatkanku akan konstruksi roket pada masa pra-luar angkasa.
"Omong-omong apa benar ini rumah baru kita?"
"Untuk dapat memahami rumah, nona pertama kali harus belajar.
Tempat ini, akan menjadi media pembelajaran, sekaligus rumah bagi nona,
Karena nona adalah Manusia terakhir di bumi ini, nona harus mengerti apakah diri nona sendiri..."
lift terbuka...
dan kami masuk....
Jumat, 02 Agustus 2013
Pohon Kehidupan
Android terakhir, bersama manusia terakhir.
Nomor serialku, M-475K, Mark.
Dan gadis disampingku.... Seorang manusia. Seperti diriku, ia juga manusia terakhir di muka bumi ini.
Manusia terakhir berkelana bersama android terakhir. Dua eksistensi yang masih bertahan ditengah-tengah permukaan bumi yang hampir mati.
Terkadang, ada perasaan mengganjal pada diriku, mengapa harus ada 'sisa' dari apa yang seharusnya telah habis?
Berbagai buku telah kubaca, berbagai pengarang telah kupelajari ilmunya.
Manusia adalah makhluk yang kompleks, saking kompleksnya, mereka telah berkelana kedalam dimensi yang terlalu jauh untuk mereka.
Kisah Alice in Wonderland selalu menjadi visualisasi manusia, mereka menemukan seekor kelinci lucu yang berlari melalui pintu rahasia, manusia terus mengikuti kelinci itu untuk kemudian diadili atas rasa penasaran mereka.
Kucing akan mati karena rasa penasaran.
"Mark! Mark!" gadis itu menarik-narik lengan bajuku yang tengah me-maintenance sistem dalam tubuhku, omong-omong, aku harus memberinya nama, ia tidak bisa bebicara, tepatnya, ia tidak pernah diberi pendidikan berbahasa, entah apa yang terjadi padanya sebelum Hari Kiamat saat itu...
Untunglah proccessor ku sudah di upgrade ke tingkat 'Genius' dan memiliki tingkat keakuratan paling tinggi. dengan ini, aku bisa menebak apa yang ia inginkan.
Kemarin ia memperkenalkan namanya, Alicia. Seperti kisah yang baru saja kubicarakan, Alicia.
Alicia menunjuk-nunjuk pohon tempatku bersandar, kemudian ia menunjuk pohon-pohon lain, tempat kami saat ini telah berada di luar New York, kami berjalan menuju daratan baru, kami tak punya tujuan.
Kembali ke cerita, ia menunjuk-nunjuk pohon-pohon sekitar kami, serta rumput-rumput hijau di kaki kami.
"Apa ini?" tanyanya,
"Ini adalah tumbuhan, nona, mereka organisme hidup yang menciptakan makanan sendiri," jawabku
ia kelihatannya mengerti kata-kataku, aku makin penasaran mengapa ia tak bisa bicara,
"Warnanya aneh... tapi ketika mereka terkena cahaya, kelihatannya cantik sekali,"
"Memang begitulah, rahasia keindahan warna berasal dari bagaimana kau melihatnya," Mengutip kata-kata seorang seniman, aku menjawab pertanyaan nona.
Pohon ya...
Aku masih ingat masa-masa ketika aku pertama kali dioperasikan. Prototip Android terbaik, aku mendapat pelatihan di hutan, aku tak mengerti, untuk apa dilatih di hutan kalau nanti aku akan melayani manusia-manusia di hotel?
Saat itu aku masih baru, dan tak mengerti.
"Mark! Mark!" Alicia kembali menggoncang-goncang tubuhku, kali ini, ia menunjuk ke sebuah benda yang ada diatas pohon, benda bulat dengan warna merah elegan.
Aku mengambil buah pohon itu dan memberikannya pada nona, matanya berbinar-binar ketika menerimanya, dan ia memakan buah itu dengan lahap.
***
"Bukankah menyenangkan kalau kita bisa bersama seperti ini terus? seperti pohon raksasa dengan akar-akarnya yang saling merambat..."
Profesor merengangkan tangannya seakan-akan ia bisa terbang, jubah putihnya berkibar-kibar kala angin jurang bertiup.
"Inilah mengapa kau dilatih disini, Mark,"
Ia berpaling dan berjalan ke hadapanku.
"Kehidupan, adalah akar dari sebuah pohon raksasa, manusia, adalah buahnya. Kita semua terhubung, sebenarnya satu, namun layaknya buah jatuh, kita pula akan terpisah satu-persatu."
Ia menjelaskan dengan senyum damai di wajahnya seakan ia baru saja ayat pada kitab suci.
"Mengapa aku diberitahu semua ini? Apakah ini catatan penting? Apa aku harus menyimpannya dalam RAM?"
Ia memegang pundakku,
"Simpanlah dalam hatimu... Kau adalah manusia kami, Mark..."
***
Aku terdiam.
Terdiam namun tidak men-setting diriku menjadi mode maintenance.
Nona Alicia bersandar disebelahku, matanya tertutup dengan damai.
Seperti pohon raksasa...
Mungkinkah akarnya nanti akan menuntun kami menuju tujuan kami?
Tujuan...
Apa kami memiliki itu?