Sebuah
kereta kuda berpacu melalui malam berkabut, kaki-kaki kuda itu menimbulkan
bunyi ribut yang seketika memecah keheningan malam. Tidak lama kemudian, kereta
itu berhenti dekat gerbang jembatan sebuah istana, jembatan itu sedang diputus.
Pengemudia
kereta itu memakai pakaian besi seorang ksatria, ia membuka helmnya dan
mengadahkan kepala menatap bagian atas gerbang itu, ia tahu walaupun gelap
malam tidak menunjukan apapun di atas sana, namun sebenarnya ada 5 orang
penjaga dengan senapan laras panjang, bersiap melumpuhkan siapapun yang mencoba
masuk ke istana.
"Sir
Ratatoile bersama Putri Serena menghadap!" teriak ksatria tersebut sembari
mengangkat tinggi bendera kerajaan berupa simbol kuda yang di mulutnya membawa
pedang api.
Tidak
lama kemudian, terdengar suara derakan dari arah istana, sebuah jembatan
terbuat dari kayu meluncur keluar dari sisi bawah pintu kerajaan, jembatan
tersebut menyatu dengan susunan kayu yang terbuat di seberang pintu gerbang
kerajaan. Ketika jembatan tersebut telah terbentuk, pintu gerbang kerajaanpun
terbuka.
Seorang
putri turun dari kereta kuda kerajaan. Putri itu masih berumur 17 tahun, dengan
gaun putih serta rambut coklat yang diroll kebelakang.
2
ksatria yang berasal dari istana menyambut kedatangan tamu mereka. Satu ksatria
adalah perempuan berambut merah, sementara satu lagi lelaki paruh baya hampir
botak dengan janggut tipis, pakaian ksatrianya kelihatannya sangat berat,
sehingga tidak memungkinkan prajurit biasa untuk memakainya.
"Selamat
datang ke kerajaan kami, Putri Serena dari klan Infermogen," ksatria
perempuan menunduk, disusul oleh lelaki paruh baya di sebelahnya.
Putri
itu terdiam, ia memejamkan matanya sejenak, kemudian tersenyum.
Kakinya
sedikit melompat, tangannya membentuk lingkaran, dan sedetik kemudian, ia
memeluk ksatria perempuan itu.
"Kirara!"
teriaknya dengan ceria,
Kirara,
sang gadis ksatria itu mencoba untuk tetap tenang, tetapi wajahnya yang memerah
tak bisa disembunyikan. Hal ini membuat 2 ksatria yang ikut menyaksikannya
harus mencoba menahan tawa mereka.
"Lama
tidak bertemu engkau dan aku!" teriak Putri Serena,
"Putri,
jangan disini engkau harus segera bertemu Yang Mulia untuk rapat," tukas
Kirara,
"Tidak
mengapa!" teriak Putri. "Teman baik Putri ialah Kirara! Putri selalu
ingin bersama!" teriaknya lagi.
Serena
memiliki gaya berbicara yang aneh. Ia adalah pemimpin dari klan Infermorgen,
menggantikan ayahnya yang meninggal. Walaupun masih muda, Serena menjalankan
perannya dengan baik.
"Dimana
Sang Pencerita?" tanya Putri.
Raut
wajah Kirara langsung berubah,
"Ah,
bard itu..." Kirara menahan napasnya sesaat.
"Ia
telah pergi Putri, Raja telah menawarinya dengan gelar ksatria, akan tetapi bard itu menolak..."
Putri
Serena menunduk, ia kelihatan kecewa,
"A-aku
yakin ia akan datang lagi! Ia sudah berjanji ingat?" Kirara mencoba
menghibur putri.
Sang
Putri yang mendengarnya perlahan tersenyum kembali, ia memberi anggukan
semangat pada Kirara.
"Sekarang,
ayo kita masuk, Yang Mulia sudah menunggu," ajak Kirara.
***
Kirara
menyandarkan punggungnya sembari meneguk segelas besar anggur, sementara Pureta,
ksatria botak berbadan besar yang bertugas bersamanya melepas pakaian
kebesarannya, ia menyandarkan pedang dan duduk berseberangan dengan Kirara.
Tugas
mereka telah selesai, Putri Serena telah masuk ke kamar tamu kerajaan, jam
malam pun sudah diberlakukan didalam istana, dan hanya para penjaga yang
tersisa di luar.
Di
tengah malam dingin itu, cahaya obor terasa hangat, Pureta ikut meneguk anggur,
"Aku
mendengar kalau kau adalah teman baik Putri Serena, tetapi kalian lebih dekat
dari yang kukira," cetus Pureta,
Kirara
melirik sebentar, kemudian berpaling lagi.
"Bukankah
normal bila seorang Putri kerajaan juga memiliki teman seorang Putri?"
Kirara balas bertanya.
Kenyataan
bahwa Kirara adalah seorang putri merupakan fakta dimana seluruh masyarakat
kerajaan mengetahuinya, akan tetapi seorang putri berpakaian ksatria? Tidak ada
sorangpun yang menduganya.
'Nama
putri' Kirara adalah Remi'ivaeli von Divinoschuko Inferno, seorang putri yang
kini menjalani pendidikan di akademi sihir Magus-itu yang diketahui rakyat.
Remi'ivaeli
keluar dari sekolah tanpa sepengetahuan raja, ia memotong rambutnya dan kembali
sebagai gadis pejuang bernama Kirara.
"Pertemuanku
kembali dengan Serena adalah karena campur tangan orang itu."
Serena
mendongak ke langit, sabuk galaksi Meguron membentang melalui lintang barat,
sabuk yang berupa jalinan bintang-bintang, bagaikan sebuah selendang yang
dijahit bersama permata.
"Derek
The Bard"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar