Sabtu, 31 Agustus 2013

Two Princess

Sebuah kereta kuda berpacu melalui malam berkabut, kaki-kaki kuda itu menimbulkan bunyi ribut yang seketika memecah keheningan malam. Tidak lama kemudian, kereta itu berhenti dekat gerbang jembatan sebuah istana, jembatan itu sedang diputus.

Pengemudia kereta itu memakai pakaian besi seorang ksatria, ia membuka helmnya dan mengadahkan kepala menatap bagian atas gerbang itu, ia tahu walaupun gelap malam tidak menunjukan apapun di atas sana, namun sebenarnya ada 5 orang penjaga dengan senapan laras panjang, bersiap melumpuhkan siapapun yang mencoba masuk ke istana.

"Sir Ratatoile bersama Putri Serena menghadap!" teriak ksatria tersebut sembari mengangkat tinggi bendera kerajaan berupa simbol kuda yang di mulutnya membawa pedang api.

Tidak lama kemudian, terdengar suara derakan dari arah istana, sebuah jembatan terbuat dari kayu meluncur keluar dari sisi bawah pintu kerajaan, jembatan tersebut menyatu dengan susunan kayu yang terbuat di seberang pintu gerbang kerajaan. Ketika jembatan tersebut telah terbentuk, pintu gerbang kerajaanpun terbuka.



Seorang putri turun dari kereta kuda kerajaan. Putri itu masih berumur 17 tahun, dengan gaun putih serta rambut coklat yang diroll kebelakang.
2 ksatria yang berasal dari istana menyambut kedatangan tamu mereka. Satu ksatria adalah perempuan berambut merah, sementara satu lagi lelaki paruh baya hampir botak dengan janggut tipis, pakaian ksatrianya kelihatannya sangat berat, sehingga tidak memungkinkan prajurit biasa untuk memakainya.

"Selamat datang ke kerajaan kami, Putri Serena dari klan Infermogen," ksatria perempuan menunduk, disusul oleh lelaki paruh baya di sebelahnya.

Putri itu terdiam, ia memejamkan matanya sejenak, kemudian tersenyum.
Kakinya sedikit melompat, tangannya membentuk lingkaran, dan sedetik kemudian, ia memeluk ksatria perempuan itu.
"Kirara!" teriaknya dengan ceria,
Kirara, sang gadis ksatria itu mencoba untuk tetap tenang, tetapi wajahnya yang memerah tak bisa disembunyikan. Hal ini membuat 2 ksatria yang ikut menyaksikannya harus mencoba menahan tawa mereka.

"Lama tidak bertemu engkau dan aku!" teriak Putri Serena,
"Putri, jangan disini engkau harus segera bertemu Yang Mulia untuk rapat," tukas Kirara,
"Tidak mengapa!" teriak Putri. "Teman baik Putri ialah Kirara! Putri selalu ingin bersama!" teriaknya lagi.
Serena memiliki gaya berbicara yang aneh. Ia adalah pemimpin dari klan Infermorgen, menggantikan ayahnya yang meninggal. Walaupun masih muda, Serena menjalankan perannya dengan baik.

"Dimana Sang Pencerita?" tanya Putri.
Raut wajah Kirara langsung berubah,
"Ah, bard itu..." Kirara menahan napasnya sesaat.
"Ia telah pergi Putri, Raja telah menawarinya dengan gelar ksatria, akan tetapi bard itu menolak..."
Putri Serena menunduk, ia kelihatan kecewa,
"A-aku yakin ia akan datang lagi! Ia sudah berjanji ingat?" Kirara mencoba menghibur putri.
Sang Putri yang mendengarnya perlahan tersenyum kembali, ia memberi anggukan semangat pada Kirara.

"Sekarang, ayo kita masuk, Yang Mulia sudah menunggu," ajak Kirara.

***
Kirara menyandarkan punggungnya sembari meneguk segelas besar anggur, sementara Pureta, ksatria botak berbadan besar yang bertugas bersamanya melepas pakaian kebesarannya, ia menyandarkan pedang dan duduk berseberangan dengan Kirara.

Tugas mereka telah selesai, Putri Serena telah masuk ke kamar tamu kerajaan, jam malam pun sudah diberlakukan didalam istana, dan hanya para penjaga yang tersisa di luar.

Di tengah malam dingin itu, cahaya obor terasa hangat, Pureta ikut meneguk anggur,
"Aku mendengar kalau kau adalah teman baik Putri Serena, tetapi kalian lebih dekat dari yang kukira," cetus Pureta,
Kirara melirik sebentar, kemudian berpaling lagi.
"Bukankah normal bila seorang Putri kerajaan juga memiliki teman seorang Putri?" Kirara balas bertanya.

Kenyataan bahwa Kirara adalah seorang putri merupakan fakta dimana seluruh masyarakat kerajaan mengetahuinya, akan tetapi seorang putri berpakaian ksatria? Tidak ada sorangpun yang menduganya.

'Nama putri' Kirara adalah Remi'ivaeli von Divinoschuko Inferno, seorang putri yang kini menjalani pendidikan di akademi sihir Magus-itu yang diketahui rakyat.
Remi'ivaeli keluar dari sekolah tanpa sepengetahuan raja, ia memotong rambutnya dan kembali sebagai gadis pejuang bernama Kirara.

"Pertemuanku kembali dengan Serena adalah karena campur tangan orang itu."
Serena mendongak ke langit, sabuk galaksi Meguron membentang melalui lintang barat, sabuk yang berupa jalinan bintang-bintang, bagaikan sebuah selendang yang dijahit bersama permata.


"Derek The Bard"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar