Jumat, 02 Agustus 2013

Pohon Kehidupan

Aku android terakhir di muka bumi.
Android terakhir, bersama manusia terakhir.
Nomor serialku, M-475K, Mark.

Dan gadis disampingku.... Seorang manusia. Seperti diriku, ia juga manusia terakhir di muka bumi ini.
Manusia terakhir berkelana bersama android terakhir. Dua eksistensi yang masih bertahan ditengah-tengah permukaan bumi yang hampir mati.
Terkadang, ada perasaan mengganjal pada diriku, mengapa harus ada 'sisa' dari apa yang seharusnya telah habis?
Berbagai buku telah kubaca, berbagai pengarang telah kupelajari ilmunya.

Manusia adalah makhluk yang kompleks, saking kompleksnya, mereka telah berkelana kedalam dimensi yang terlalu jauh untuk mereka.

Kisah Alice in Wonderland selalu menjadi visualisasi manusia, mereka menemukan seekor kelinci lucu yang berlari melalui pintu rahasia, manusia terus mengikuti kelinci itu untuk kemudian diadili atas rasa penasaran mereka.

Kucing akan mati karena rasa penasaran.


"Mark! Mark!" gadis itu menarik-narik lengan bajuku yang tengah me-maintenance sistem dalam tubuhku, omong-omong, aku harus memberinya nama, ia tidak bisa bebicara, tepatnya, ia tidak pernah diberi pendidikan berbahasa, entah apa yang terjadi padanya sebelum Hari Kiamat saat itu...

Untunglah proccessor ku sudah di upgrade ke tingkat 'Genius' dan memiliki tingkat keakuratan paling tinggi. dengan ini, aku bisa menebak apa yang ia inginkan.

Kemarin ia memperkenalkan namanya, Alicia. Seperti kisah yang baru saja kubicarakan, Alicia.

Alicia menunjuk-nunjuk pohon tempatku bersandar, kemudian ia menunjuk pohon-pohon lain, tempat kami saat ini telah berada di luar New York, kami berjalan menuju daratan baru, kami tak punya tujuan.

Kembali ke cerita, ia menunjuk-nunjuk pohon-pohon sekitar kami, serta rumput-rumput hijau di kaki kami.

"Apa ini?" tanyanya,
"Ini adalah tumbuhan, nona, mereka organisme hidup yang menciptakan makanan sendiri," jawabku
ia kelihatannya mengerti kata-kataku, aku makin penasaran mengapa ia tak bisa bicara,

"Warnanya aneh... tapi ketika mereka terkena cahaya, kelihatannya cantik sekali,"
"Memang begitulah, rahasia keindahan warna berasal dari bagaimana kau melihatnya," Mengutip kata-kata seorang seniman, aku menjawab pertanyaan nona.

Pohon ya...
Aku masih ingat masa-masa ketika aku pertama kali dioperasikan. Prototip Android terbaik, aku mendapat pelatihan di hutan, aku tak mengerti, untuk apa dilatih di hutan kalau nanti aku akan melayani manusia-manusia di hotel?

Saat itu aku masih baru, dan tak mengerti.
"Mark! Mark!" Alicia kembali menggoncang-goncang tubuhku, kali ini, ia menunjuk ke sebuah benda yang ada diatas pohon, benda bulat dengan warna merah elegan.
Aku mengambil buah pohon itu dan memberikannya pada nona, matanya berbinar-binar ketika menerimanya, dan ia memakan buah itu dengan lahap.

***
"Bukankah menyenangkan kalau kita bisa bersama seperti ini terus? seperti pohon raksasa dengan akar-akarnya yang saling merambat..."
Profesor merengangkan tangannya seakan-akan ia bisa terbang, jubah putihnya berkibar-kibar kala angin jurang bertiup.

"Inilah mengapa kau dilatih disini, Mark,"
Ia berpaling dan berjalan ke hadapanku.
"Kehidupan, adalah akar dari sebuah pohon raksasa, manusia, adalah buahnya. Kita semua terhubung, sebenarnya satu, namun layaknya buah jatuh, kita pula akan terpisah satu-persatu."

Ia menjelaskan dengan senyum damai di wajahnya seakan ia baru saja ayat pada kitab suci.
 "Mengapa aku diberitahu semua ini? Apakah ini catatan penting? Apa aku harus menyimpannya dalam RAM?"

Ia memegang pundakku,

"Simpanlah dalam hatimu... Kau adalah manusia kami, Mark..."

***
Aku terdiam.
Terdiam namun tidak men-setting diriku menjadi mode maintenance.
Nona Alicia bersandar disebelahku, matanya tertutup dengan damai.

Seperti pohon raksasa...

Mungkinkah akarnya nanti akan menuntun kami menuju tujuan kami?

Tujuan...

Apa kami memiliki itu?  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar