Rabu, 24 Juli 2013

Gadis Dibalik Debu

Berjalan di rongsokan besi, seorang robot humanoid berjalan gontai dengan peralatan-peralatan yang ia punya. Bajunya lusuh dan kecoklatan, hasilnya berjalan menembus badai debu selama bertahun-tahun, berbulan-bulan.
Sekilas matanya nampak menipu, mata biru bersih seakan mata manusia itu menyorot angkasa, dengan jelas mencerminkan setitik harapan. Harapan apa yang ia panjatkan?
Sebagai robot, ia tidak mengerti makna kesendirian, entah ia memiliki ultra proccessor dengan kecepatan 500 tera per detik, ia tidak pernah mengerti apa makna tulisan-tulisan sastra itu, ia tidak mengerti, kenapa mereka sendiri? Mengapa mereka kesepian? Mengapa mereka menangis bila orang yang dicintai pergi? Apa makna pertengkaran sepasang kekasih?
Sang robot kembali menyisir langit dengan dua lensa safirnya, bumi gelap gulita dengan jelas menunjukan alam langit dengan indahnya, virgo bersinar mengikuti kedua peliharaannya, bermain diantara padang bintang Hera.
Bintang utara bersinar paling terang, menunjukan arah bagi mereka yang tersesat. Seperti halnya para pelaut yang tersesat, Mark sendiri, tengah mencari jalannya, sebuah jalan tanpa tujuan, dan lebih lagi, tanpa arah.

Merasa cukup jauh berjalan, sang robot memutuskan untuk beristirahat.
Rerongsokan sebagai alas, ia menyandarkan diri, logika virtualnya mengatakan bahwa ini adalah posisi yang tidak mengenakan untuk manusia, tetapi ia berusaha mengacuhkannya.
Semenit-dua menit, ia hanya terduduk, dari jubah lusuhnya, ia ambil sebuah buku.
Hamlet karya Shakespare, edisi bahasa Jerman. Membuka lembaran yang ia tandai, ia kembali mencerna salah satu karya ras penciptanya yang kini tersisih dari seleksi alam.

"Huah!"

Sebuah suara mengejutkan Mark. Sebuah suara dari tumpukan barang rongsok yang jatuh di belakangnya.
Merasa penasaran, ia menyusur sampah-sampah di dekatnya, kearah suara tadi berasal.

Disana ia menemukan, sesosok gadis, dengan rok panjang putih yang kotor, terlihat jelas disana jejak-jejak perjalanan yang sama seperti yang dilalui sang robot,

Sang robot, perlahan keluar dari balik rongsokan,
Matanya beradu dengan sang gadis,
Dan sang gadis yang terbaring diantara debu, yang awalnya memasang wajah terkejut, kini beralih menjadi sebuah senyum yang manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar